Senin, 16 Mei 2011

44 Rida Sita Dewi - Antara Kita.mp3 - 4shared.com - penyimpanan dan berbagi-pakai file online - unduh - 44 Rida Sita Dewi - Antara Kita.mp3

44 Rida Sita Dewi - Antara Kita.mp3 - 4shared.com - penyimpanan dan berbagi-pakai file online - unduh - <a href="http://www.4shared.com/audio/eOItUzzx/44_Rida_Sita_Dewi_-_Antara_Kit.html" target="_blank">44 Rida Sita Dewi - Antara Kita.mp3</a>

Jumat, 27 Juni 2008

Kamis, 24 April 2008 13:41
Sekitar 200 Dari 1200 Radio Swasta Tak Punya Izin

Sekitar 400 dari lebih kurang 1.200 radio siaran swasta yang mengudara di tanah air hingga sekarang tidak memiliki izin dari pemerintah, kata Ketua Umum Pengurus Pusat Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia (PRSSNI), Shidki Wahab.

"Masih banyak radio siaran swasta yang mengudara tidak mempunyai izin sehingga perlu segera ditertibkan," katanya kepada Wartawan, usai memberikan sambutan pada acara Musyawarah Daerah (Musda) ke XII PRSSNI Lampung Lampung, di Bandarlampung, Kamis.

Musda XII PD PRSSNI Lampung itu berlangsung sehari, diikuti 39 pengelola radio anggota PRSSNI Lampung, dibuka oleh Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Lampung, Zainal Abidin Hasan, mewakili Gubernur Lampung Sjachroedin ZP.

Shidki Wahab menjelaskan, izin siaran radio swasta itu dari pemerintah, yakni dari Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi dan/atau izin siaran nasional untuk televisi dari Departemen Kominfo.

Selain itu pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota serta instansi pemerintah lainnya tidak diperbolehkan memiliki siaran radio atau TV lokal sendiri, kecuali harus berjaringan dengan lembaga penyiaran publik yang ada, seperti Radio Republik Indonesia (RRI) atau TVRI.

Karena berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 11 tahun 2005 tentang Penyiaran Publik, Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1 (3) Lembaga Penyiaran Publik Lokal adalah lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum yang didirikan oleh pemerintah daerah, menyelenggarakan kegiatan radio atau televisi, bersifat independen, netral, tidak komersil, dan berfungsi memberikan layanan untuk kepentingan masyarakat yang siarannya berjaringan dengan RRI dan TVRI.

"Mengacu pada ketentuan itu, sebagai lembaga penyiaran publik lokal yang sebagian pembiayaan didanai oleh APBD seharusnya berjaringan dengan RRI dan tidak ada yang diswastakan," ujarnya.

Sementara itu Ketua PD PRSSSNI Lampung, Bambang Edy Poernomo, mengatakan, Musda PRSSNI ke XII ini untuk membahas program kerja tiga tahun ke depan.

Selain itu juga untuk mengevaluasi program kerja pengurus, memilih, mengangkat atau memberhentikan pengurus daerah dan kebijakan lainnya yang berhubungan dengan tujuan PRSSNI di tingkat daerah serta menilai laporan pertanggungjawaban organisasi.

Menurut dia, titik berat program kerja pada Musda XII PRSSNI adalah meningkatkan peran anggota dan organisasi ditengah masyarakat dan turut menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi media radio penyiaran.

Musda yang dibuka oleh Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Lampung, Zainal Abidin itu diikuti 39 anggota PRSSNI dari sembilan kabupaten/kota se-Provinsi Lampung.
Sumber:KapanLagi.com

Kamis, 26 Juni 2008

Haruskah Ikut-ikutan Jual Air Time Murah?

Banyak Radio lokal, tapi substansi siaran tidak membumi. Siaran radio yang disajikan belum menjadi kebutuhan masyarakat setempat, karena berita-berita yang disajikan bukan peristiwa-peristiwa lokal. Musik yang diputar juga lagu-lagu barat, yang kurang familier bagi pendengarnya. Tidak sedikit pula radio yang secara tidak sadar telah terjebak dengan penggunaan bahasa metropolis.

Ketika iklan nasional menurun drastis, diawali dengan resesi yang melanda tanah air tahun 1997, ditambah kenaikan harga BBM beberapa kali, selama kurun waktu 1997-2006, kini banyak radio yang mengalami kelesuan iklan, ditengah daya beli masyarakat semakin menurun. Mau tidak mau radio harus merubah strateginya dengan mulai menggalang iklan lokal.

Bagaimana radio menyusun program yang disesuaikan dengan suspek dan prospek iklan lokal. Bagaimana radio lokal mengemas iklan lokal menjadi bagian yang tak terpisahkan dari sebuah program siaran radio. Bagaimana radio membuat materi dagangan selama setahun, dengan rincian paket-paket kegiatan setiap bulan, dengan mengintegrasikan suspek dan prospek pengiklan lokal sesuai dengan tema yang dikemas. Misalnya bulan Agustus, dikemas dalam paket merdeka, dengan mulai harga iklan Rp 150 ribu untuk durasi seminggu, hingga puluhan juta untuk durasi sebulan baik on air maupun off air.

Dari pemetaan yang dilakukan, tampaknya ada kebutuhan yang sama antara radio dan pengiklan lokal. Radio butuh iklan lokal, dan sebaliknya iklan juga butuh radio lokal. Hanya saja keduanya belum bisa bertemu pada satu titik, yang sama-sama menguntungkan kedua belah pihak, Misalnya seorang pengusaha rumah makan padang yang setiap harinya hanya menjual 100 piring, mereka mengeluarkan investasi Rp 500 ribu untuk ongkos pembuatan dan pemasangan spanduk, serta biaya perjinannya. Dengan investasi Rp 500 ribu itu mereka hanya ingin meningkatkan usahanya dari 100 piring menjadi 200 piring. Sementara bagi radio untuk menambah konsumen 100 orang sangatlah mudah, karena hampir tiap radio memiliki 10.000-an pendengar. Maka kebutuhan kedua belah pihak inilah yang perlu disinergikan.

Dulu, iklan yang mendatangi radio, baik iklan dari perusahaan-perusahaan besar maupun agensi di daerah. Untuk menggalang iklan besar, radio tidak perlu mempromosikan kepada calon pengiklan. Sekarang, ketika daya beli masyarakat menurun, dan kue iklan menurun drastis hingga lima puluh persen, suka tidak suka, radio harus mampu mempromosikan dirinya kepada pengiklan lokal, sebagai alternatif sumber income baginya.

Radio saat ini perlu reposisi dan perlu penggarapan secara segmented. Bagi radio yang akan menggarap iklan produk-produk pertanian, hendaknya program siarannya mampu menjawab kebutuhan petani. Pendek kata radio harus mampu menjadi sahabat petani.

Mendefinisikan karakteristik pengiklan lokal ini sudah saatnya dilakukan, sehingga program siaran radio dapat disesuaikan dengan kebutuhan pengiklan lokal. Dengan terdefinisinya karakteristik iklan lokal dan paket-paket siaran yang sudah dibuat, maka pihak radio tinggal mempromosikan saja kepada calon pengiklan. Inilah perlunya wawasan marketing dalam memperkuat tim kerja sebuah radio. Kalau program ini bisa diterapkan, mungkin kekhawatiran untuk tidak kebagian kue iklan dapat direduksi, karena pada dasarnya potensi iklan lokal sangatlah besar jika digali dengan metode yang benar, dan aspek program siaran juga lebih berbobot daripada radio illegal.

Kini sudah saatnya radio lokal anggota PRSSNI Lampung untuk tidak ikut-ikutan menjual air time murah seperti yang dilakukan radio illegal. Tetapi dengan dasar-dasar program yang baik, pelayanan yang optimal, tentunya akan lebih dilirik oleh pengiklan. Terlebih lagi jika mampu mensinergikan antara program siaran radio dengan kebutuhan pengiklan. Jika hal itu dilakukan maka radio akan tetap eksis, lebih maju di tengah persaingan yang cukup ketat antar radio lokal.

Sumber : Gelombang 2004

5 LANGKAH PRAKTIS

5 LANGKAH PRAKTIS MENGGALI IKLAN LOKAL


Karakteristik Periklanan Lokal

Yang tercatat dari beberapa diskusi, memang periklanan lokal memiliki ciri tersendiri, baik berupa kelemahan maupun berupa keuntungan yang memerlukan formula pendekatan secara khusus.

  1. Satuan potensi periklanan lokal memiliki budget terbatas, itupun seringkali tidak dialokasikan secara eksplisit dalam perencanaan usahanya, akan tetapi pengembangan budget periklanannya bisa dengan spontan dilakukan ketika sebuah produk diluncurkan kepada masyarakat.
  2. Pembayaran Iklan lokal jauh lebih cair daripada pembayaran iklan nasional yang mekanismenya berlapis lapis.
  3. Potensi periklanan lokal umumnya menganggap dampak dari iklan produknya akan terasa secara langsung yang akan mereka ukur dari perkembangan tingkat permintan. Oleh karenanya mereka seringkali mengalokasikan biaya beriklannya pada pos biaya, bukan investasi.
  4. Karena adanya aspek emosional di beberapa pengiklan lokal, sesungguhnya pengiklan lokal berpeluang untuk menjadi klien yang fanatic terhadap efektifitas promosi radio kita.
  5. Pengiklan lokal pada umumnya tidak memiliki materi iklan, bahkan beberapa diantaranya belum memahami dengan baik strategi promosi dari produknya. Yang ada dibenaknya hanyalah bagaimana produk bisa laku keras dengan segera.

Untuk menggarap potensi periklanan lokal dengan karakteristik seperti diatas, maka diperlukan langkah-langkah terencana agar upaya penggalian potensi tersebut dapat berjalan dengan efektif

Langkah Kesatu

Invetarisasi seluruh potensi periklanan lokal di kota kita, agar mempermudah dalam menginventarisasi potensi periklanan. Hal itu bisa dilakukan dengan cara berdasarkan kelompok utamanya yang kelak akan menentukan pola pendekatannya.

Misalnya :

  1. Kelompok potensi periklanan dunia usaha.
  2. Kelompok potensi periklanan Instansi ( Pemerintah dan Swasta ).
  3. Kelompok potensi periklanan individual.

Kelompok periklanan dunia usaha dapat dibagi lagi menurut jenis usahanya, misalnya kelompok Toko, kelompok bengkel mobil, kelompok penjual makanan jadi, kelompok tempat hiburan dsb, dsb.

Dari masing-masing kelompok jenis usaha, kelompokkan lagi menurut produknya, misalnya tukang sate, kelompok tukang martabak, kelompok took besi, kelompok took emas, kelompok bengkel mesin mobil, kelompok bengkel body mobil dsb,dsb.

Dengan demikian kita telah memiliki data yang cukup kaya berapa banyak tukang sate di kota kita, berapa banyak took emas di kota kita dan lainnya, paling tidak dari apa yang kita ketahui.

Inventarisasi ini bisa dilakukan bersama sama pada rapat lengkap karyawan, karena setiap peserta rapat rapat akan memberikan kontribusi data yang berarti, sehingga lebih banyak orang yang beragam latar belakangnya akan lebih memperkaya data inventarisasi.

Kelompok Periklanan Instansi dapat dibagi langsung kedalam nama instansinya, karena kelompok ini tidaklah terlalu banyak.

Kelompok Individual dapaty dikelompokkan lagi langsung berdasarkan predikatnya.

Langkah Kedua

Prediksikan kebutuhan/kepentingan dari masing-masing kelompok kecil yang berhubungan dengan persepsi public ( jangan lupa, radio kita tugasnya men”set-up” persepsi publik ). Misalnya kebutuhan seorang Tukang Sate adalah : Keinginan dianggap tukang sate dengan sate yang paling enak di kota kita, atau mungkin keunikannya yang ia inginkan menjadi omongan masyarakat sehingga ia menjadi terkenal.

Demikian pula dengan potensi periklanan Instansi dan individual, masing-masing pasti punya persoalan dengan persepsi public. Misalnya ketika pembalakan hutan makin menjadi-jadi tentunya pihak perhutani/Dinas Kehutanan setempat punya keinginan untuk memberikan pemahaman terhadap masyarakat agar penjarahan menjadi berkurang. Atau barangkali instansi tersebut hanya perlu anggapan dari masyarakat bahwa dia telah berbuat sesuatu sebagai langkah antisipasi.

Potensi individual adalah kelompok yang paling beragam, karena setiap orang dengan predikat dan latar belakang yang berbeda tentunya akan memiliki kebutuhan persepsi public yang berbeda pula. Yang jelas, siapa sih yang tidak ingin popular, atau orang bijak, siapa yang tidak ingin diposisikan sejajar dengan para tokoh dan figure public yang ada di kotanya. Itu saja sudah menjadi barang jualan yang sangat berarti bagi sebuah radio siaran. Mari kita bikin popular orang yang ingin popular dengan rekayasa acara atau materi siaran lainnya, mari kita bikin seseorang dianggap bijak atau berkesan sejajar dengan para tokoh kalau orang itu menginginkannya. Dan tentu saja untuk semua itu mereka mau mengeluarkan uang dari koceknya.

Langkah Ketiga

Mempersiapkan pasukan untuk menjual, dengan jumlah yang cukup. Karena kita selesai menginventarisasi sasaran di kota sekecil apapun, kita akan terpana betapa begitu banyak sasaran yang bisa digarap. Pasukan penjual sebaiknya dibagi menurut jenis sasaran sehingga terspesialisasi, misalnya kelompok penjual yang sasarannya produk komersial, kelompok yang sasarannya instansi dan kelompok yang sasarannya potensi individual yang tentu jumlah orangnya disesuaikan dengan besaran sasaran.

Merekrut SDM untuk pasukan penjual ini bisa dengan posisi penjual lepas yang tidak mendapatkan gaji atau melalui tahapan masa percobaan untuk menjadi pasukan tetap.

Langkah Keempat

Bagaimana menentukan harga? Pertimbangan pertama tentu adalah harga yang diberlakukan selama ini di radio kita, akan tetapi karakteristik potensi periklanan lokal haruslah menjadi pertimbangan khusus. Pertimbangan lainnya adalah daya tarik harga dasar dan sistem fee bagi penjual yang secara langsung berpengaruh pada daya juang mereka. Menentukan harga bisa dilakukan dengan langkah-langkah sbb :

  1. Prediksikan harga layak jual dengan mempertimbangkan realitas harga bersih radio kita dan karakteristik serta daya beli potensi periklanan lokal di radio kita.
  2. Tentukan fee penjualan yang cukup menarik bagi para penjual, misalnya 30% dari harga setelah discount (angka ini hanya sebagai contoh).
  3. Setelah dua langkah diatas, sekarang dapat ditentukan harga jual terendah netto khusus untuk iklan lokal. Harga tersebut besarnya sama dengan harga layak jual hasil dari langkah satu. Sebagai contoh : Misalnya langkah 1 menghasilkan harga Rp 7.000,- Bila fee bagi penjual adalah 30% maka harga target penjualannya adalah Rp 10.000,- Artinya harga terendah netto (yang diterima perusahaan) dari penjualan iklan lokal adalah Rp 7.000,- dengan ketentuan para penjual tidak boleh menjual dibawah harga ini dan bila penjual hanya mampu menjual Rp 7.000,- saja karena kalah negosiasi, maka ia tidak mendapatkan apapun. Bila ia menjual Rp 8.000,- maka ia mendapatkan Rp 1.000,- dan bila ia menjual lebih besar atau sama dengan harga target penjualannya (Rp 10.000,-) maka ia akan mendapatkan 30% dari penjualan netto. Mengenai besaran discount pemasang iklan dapat ditentukan kebijakannya secara tersendiri dan sesungguhnya besarannya tidak mengganggu apapun kecuali mekanisme administrasi yang berlaku.

Langkah Kelima

Dari semua langkah, langkah terakhir inilah yang agak lebih sulit, karena kita mulai bermain-main dengan gagasan dan kreatifitas. Setelah kita memiliki informasi mengenai potensi pengiklan lokal yang telah dikelompokkan sedemikian rupa, juga telah memiliki catatan tentang kebutuhan mereka, kini tiba saatnya kita menyusun strategi pendekatannya. Dalam menyususn strategi pendekatan, prinsip yang harus dipegang teguh adalah bahwa yang kita jual adalah jasa. Jadi yang pertama kali menjadi bahan peretimbangan adalah permasalahan dan keinginan sasaran (yang telah dinventarisasi) kemudian ciptakan kreatifnya agar sasaran tertarik. Tidak ada formula yang berlaku universal untuk kepentinganb ini, sebagai contoh, kita sebenarnya bisa mengorbitkan sasaran kita pada posisi yang mereka inginkan pada kelompoknya, misalnya radio siaran dengan kemampuannya bisa mengorbitkan Tukang Sate tertentu menjadi tukang sate ter enak, terpopuler di kota kita. Untuk kepentingan tersebut, bisa dibuat acara khusus tentang jajanan paling top di kota kita misalnya, yang berisi wawancara dengan si tukang sate secara positif memperbincangkan alasan alasan rasional kenapa satenya dia begitu enak dan kenapa begitu banyak orang membeli satenya. Atau mungkin dengan adlibbing penyiar (tentu adlib yang cantik) yang memposisikan merek sate tertentu begitu lezat dan layak dicoba. Itu hanya sekedar contoh, dengan sedikit merenung tentu akan banyak lahir gagasan yang lebih baik lagi.

Kreativitas dan gagasan untuk melayani pasar periklanan lokal juga bisa muncul ketika kita mencermati berbagai momentum yang bisa dimanfaatkan, misalnya ditarik untuk menggagas sebuah topic siaran yang dapat dijual. Janganlah terpaku pada momentum yang bersifat kalenderistik, karena banyak sekali momentum potensial untuk dijual yang tidak kalenderistik, misalnya pelantikan Walikota atau Bupati. Karena ada momentum pelantikan Bupati atau Walikota, misalnya kita bisa membuat insert yang berisi 5 ucapan selamat pada Walikota/Bupati baru. Dari 5 ucapan selamat tersebut, 2 diantaranya ambil dari figure public dan 3 ucapan “dijual” pada siapa saja yang merasa enak disejajarkan dengan figur publik tadi. Tentu akan lebih mudah menemukan gagasan menarik dengan memanfaatkan momentum kalenderistik (Pilkada, HUT RI, Puasa, Lebaran, HUT Kota dsb).

Potensi iklan lokal sesungguhnya begitu besar, hanya saja berada pada satuan-satuan yang kecil. Berfikirlah komulatif dan rajin mengorek-ngorek yang kecil-kecil untuk dikumpulkan menjadi besar. Selamat mencoba…… (rend092007)

·

Rabu, 25 Juni 2008

OFF AIR

SIDANG PARIPURNA DAERAH
DI MERCURE HOTEL BALI







HALAL BIHALAL PENGURUS DAN ANGGOTA
PRSSNI LAMPUNG






OFF AIR ULANG TAHUN PRSSNI LAMPUNG




COFFE MORNING DENGAN GUBERNUR LAMPUNG





Mars PRSSNI

Buat anggota yang belum punya Jingle Mars PRSSNI, silahkan download......



http://rapidshare.com/files/124877766/MARS_PRSSNI__satu_menit.mp3.html

Blogger Template by Blogcrowds